Selasa, 13 November 2012

Srawung Seni Candi

Bulan Suro bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah menjadikan sarana untuk introspeksi, sehingga pada bulan itu jarang ditemukan kegiatan yang bersifat kesenangan dan kegembiraanYang ada adalah ritual-ritual dan doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun seiring dengan berjalannya waktu kehidupan masyarakat sudah mulai berubah. Tanpa meninggalkan tradisi leluhur yang sudah mengakar di masyarakat, kegiatan ritual dikemas menjadi sebuah atraksi budaya.

Kabupaten Karanganyar yang terletak di lereng Gunung Lawu memiliki banyak upacara tradisi antara lain Mandasiya, Wahyu Kliyu, Jabaleka, Dhukutan, Mapag Surya Jawi, Pasar Kumandang, dan sebagainya, yang kesemuanya itu dilakukan oleh warga masyarakat secara spontan dan turun temurun.

Di samping memiliki berbagai adat istiadat yang masih mengakar dan dilestarikan, Kabupaten Karanganyar juga memiliki beberapa peninggalan sejarah berupa Candi.

Candi, bukan sekedar tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi pemeluknya , lebih dari iru adalah salah satu jejak sejarah peradaban dan budaya yang di dalamnya terdapat konteks kehidupan. Hingga sekarang Candi bisa berfungsi sebagai sumber kreatifitas dan sumber cipta seni lingkungan hidup.  Situs-situs candi tersebut merupakan cagar budaya, umpamanya Candi Sukuh dan Candi Cetho yang berisi relief-relief Dewaruci, Sudamala dan Garudeya, merupakan titik sambung dari jaman-jaman abad ke 14 dan 15 menuju ke kekinian, jaman Negara Kesatuan Republik Indonesia. Relief Dewaruci yang merupakan ajaran pencerahan jati diri, cerita Sudamala cerita tentang ruwatan Betari Durga yang menjadi cantik rupawan, serta cerita Garudeya di mana Sang Garuda menjadi lambang Negara berupa Garuda Pancasila, dengan filsafatnya Bhinekka Tunggal Ika.

Tidak pelak lagi hal tersebut di atas bisa menjadi acuan, semangat, inspirasi di dalam proses mawujud nilai-nilai pusaka pustaka pujangga yang akan sangat berguna bagi perkembangan seni budaya di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Terasa sangat penting peranan Srawung Seni Candi yang keenam kalinya ini bisa dilihat banyaknya minat seniman maupun budayawan yang bersedia terlibat di dalam usaha merefleksikan diri maupun membabar ciptaan keluhuran dari tiap-tiap seniman dengan gaya kesenian rakyat kesenian tradisi maupun garap seni modern dalam lahan ungkap manusia alam dan Tuhan.

Juga dirasa sangat penting kalau kita melihat bahwa dalam kesenian rakyat maupun tradisi Indonesia masa sekarang ini terjadi perubahan nilai dengan adanya pergesekan antara dunia tradisi (adat istiadat) dengan perkembangan dunia global, yang membuat manusia Indonesia gamang akan nilai-nilai tradisi mereka sendiri. Terasa sekali adanya keterpisahan wujud dan isi yang kemudian tekanan tradisi menjadi sekedar sentuhan pada entertainment untuk paket-paket pariwisata, tv dsb. Semoga acara Srawung Seni Candi mampu menyumbang kekuatan daya tumbuh bagi kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Dipilih kata Srawung Seni Candi diharapkan perhelatan ini masih mempunyai rasa kebersamaan, gotong royong, bowo roso, ngudo roso, ngobrol percakapan-percakapan antara penonton, kritikus, maupun penyaji. Kata Seni Candi diharapkan mampu mereguk inspirasi cerita-cerita relief, arsitektur alam dan masyarakat setempat.

Bepijak dari pentingnya melestarikan nilai-nilai tradisi dan budaya tersebut, maka segala inspirasi muncul guna mengenalkan seni tradisi dan budaya yang tak lekang oleh waktu bagi perkembangan seni budaya tanah air. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk “Srawung Seni Candi”

Srawung Seni Candi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2003 ini diharapkan sebagai sarana untuk menyatukan keinginan para pecinta seni dan para pujangga untuk mengekplorasi dan mengekspresikan nilai-nilai budaya dan tradisi dengan kolaborasi modern. Sehingga Srawung Seni Candi ini diharapkan menjadikan perhelatan yang dapat mewujudkan rasa kebersamaan, gotong royong, bowo roso, ngudo roso, ngobrol percakapan-percakapan antara penonton, kritikus maupun penyaji. Kata Seni Candi diharapkan mampu mereguk inspirasi cerita-cerita relief, arsitektur alam dan masyarakat setempat.

Perhelatan Srawung Seni Candi ini setiap tahunnya diselenggarakan oleh Padepokan Lemah Putih Gondangrejo Karanganyar, di bawah pimpinan Suprapto Suryodarmo, atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Prapto, bekerjasama dengan berbagai pihak, menjadikan sebuah entertainment yang menarik,sangat langka dan sayang untuk tidak disaksikan. Di sela-sela pertunjukan, dilaksanakan pula Seminar/ Sambung rasa terbuka. Sedangkan pada malam harinya diadakan malam tirakatan yang akan diampu oleh Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Solo, HPK Karanganyar dan Forum Boworoso Tosan Aji Sudjatmoko.

Sumber : http://rumahkubiru.blogspot.com  & http://indonesiaartnews.or.id/eventsdetil.php?id=480

Tidak ada komentar:

Posting Komentar